Wednesday, July 27, 2016

Mendorong dan Mendukung Aktivitas Fisik untuk Kesehatan yang Lebih Baik



Seperti yang sudah kita tahu, kurangnya aktivitas fisik menyebabkan meningkatnya prevalensi penyakit tidak menular. Penyakit tidak menular ini bersifat kronik progresif sehingga beban biaya kesehatan akan semakin menigkat seiring berjalannya waktu dan bertambahnya pasien. Selain itu kecenderungan munculnya penyakit ini di usia muda menyebabkan produktivitas penduduk menurun.hal ini tentu akan sangat berpengaruh saat ini dimana Indonesia sudah mulai menggunakan JKN. Jika tidak dilakukan pencegahan sejak awal, jumlah pasien yang terus bertambah bisa menambah beban negara dalam penyelenggaraan JKN.
Untuk mendorong peningkatan aktivitas fisik guna mencegah terjadinya berbagai penyakit tidak menular, peran public health bisa ditujukan untuk mengatasi kendala-kendala kurangnya aktivitas fisik masyarakat seperti kurangnya kesempatan, dukungan sosial, kebijakan, pembangunan lingkungan, dan kesadaan komunitas.
Di Amerika Serikat sana ada suatu komunitas bernama Active Living by Design (ALbD) yang didanai oleh Robert Wood Johnson Foundation (RWJF) dalam kurun waktu 5 tahun yang dibentuk untuk membantu komunitas-komunitas lain dalam menciptakan lingkungan yang mendukung masyarakatnya untuk beraktivitas fisik. Mereka membentuk 25 partner untuk mengajak berbagai komunitas seperti warga sekolah, pegawai, perumahan dan organisasi lainnya untuk meningkatkan aktivitas fisiknya. Tahapan yang digunakan dalam program ini diberi nama 5P: Preparations, Promotions, Programs, Policy, Physical projects. ALbD menyediakan berbagai pelatihan dan dukungan teknis serta memantau terus menerus untuk semua partnernya melalui berbagai media komunikasi.
Preparation merupakan satu proses penting dalam memulai membangun kebiasaan beraktivitas fisik. Yang termasuk dalam preparasi adalah mengembangkan dan mempertahankan partner komunitas multidisiplin, mengumpulkan data untuk menginformasikan perencanaan program, melakukan pelatihan yang sesuai, dan mempersiapkan finansial dan sumber daya lain untuk membangun kapasitas.
Promosi adalah saat inisiatif kita disosialisasikan ke para pejabat dan masyarakat. Audiensi yang tepat dengan pegawai pemerintahan, pejabat komunitas, penduduk, dan populasi khusu yang menjadi prioritas. Pada proses ini pesan kunci dan materi promosi harus dikembangkan dan dievaluasi secara sungguh-sungguh apakah tepat dan akan mempengaruhi audien. Promosi melalui media juga dapat dilakukan untuk membantu membentuk opini publik dan lingkungan sosial untuk menjadikan aktivitas fisik sebagai suatu norma.
Program aktivitas terorganisir yang sedang berjalan yang secara langsung ataupun tidak langsung mengajak individu dalam aktivitas fisik, seperti klub berjalan atau komunitas sepeda. Program pendekatan yang lain bisa berupa pemberian insentif atau dukungan, seperti hadiah untuk pegawai atau siswa yang berjalan kaki atau menggunakan sepeda untuk sekolah atau bekerja. Program yang sukses bisa membebtuk suatu dukungan sosial baru untuk beraktivitas fisik, membantu menarik dukungan lingkungan, dan meningkatkan perhatian dan penggunaan fasilitas dan lingkungan yang baru atau yang diperbarui untuk hidup secara aktif.
Perubahan kebijakan sangat penting jika ingin membuat lingkungan beraktivitas fisik menjadi resmi dan bisa berjalan secara kontinyu. Inisiasi advokasi kebijakan bisa dimulai dengan membangun hubungan dengan pembuat kebijakan, mempengaruhi kebijakan pegawai, sekolah, dan pemerintahan. Sangat penting untuk memberikan edukasi kepada pembuat kebijakan, kaum profesional, dan publik mengenai pentingnya lingkunagn yang mendukung aktivitas fisik.
Physical projects menciptakan kesempatan atau menghilangkan hambatan dalam beraktivitas fisik dengan secara langsung mengubah lingkungan yang sudah terbangun. Contoh dari proyek fisik adalah membangun taman dan trotoar, membuat tempat penyeberangan jalan, jalur sepeda.
Program ALbD ini memberikan gambaran yang menarik untuk komunitas, organisasi teknis, dan penyandang dana. Pengalaman community partnership yang sukses pada berbagai setting dan pendekatan kolaboratifnya bisa digunakan untuk menginspirasi berbagai organisasi, termasuk penyandang dana, untuk berpartisipasi dalam memperbaiki lingkungan yang mendukung beraktivitas fisik. Model 5P yang digunakan untuk diimplementasikan secara komprehensif menyediakan suatu gambarang bagaiman mengubah suatu komunitas.
Program-program yang sudah dilaksanakan oleh ALbD memang terdengar luar biasa dan menimbulkan tanda tanya, apakah hal ini bisa dilaksanakan di Indonesia? Untuk mengubah kebiasaan komunitas memang tidak mudah, dibutuhkan dukungan berbagai sektor, waktu yang panjang, dan dana yang tidak sedikit. Namun sebenarnya di jogja sudah pernah ada program sego segawe (sepeda kanggo sekolah lan nyambut gawe). Program yang sudah ada ini sebenarnya bisa diolah kembali dengan dukungan dari berbagai pihak. Memang masalah biaya untuk perbaikan fasilitas sangat banyak, dan belum tentu pemerintah akan memberikan alokasi dana untuk ini. Salah satu cara seperti yang sudah dilaukan pada ALbD adalah dengan menggandeng pihak swasta sebagai parter dalam hal pendanaan. Berbagai sektor memang perlu bekerja keras untuk mewujudkan program ini. Public health bisa menjadi perintis awal karena tujuan akhirnya memang mengurangi beban kesehatan karena penyakit kronis.
Di lingkungan FK sendiri sudah lumayan ada kebijakan yang mendukung aktivitas fisik untuk mahasiswa yaitu tempat parkir yang di luar lingkungan FK sehingga mahasiswa diharuskan berjalan kaki untuk mencapai kelas. Sepeda kampus juga dapat digunakan untuk pergi ke lingkungan UGM lain tanpa harus menggunakan kendaraan bermotor. Terkadang program-program seperti ini memang butuh suatu paksaan untuk memulainya. Dar dipaksa, terpaksa, hingga akhirnya terbiasa.
Sumber:
Bors, P., Dessauer, M., Bell, R., Wilkerson, R., Lee, J., & Strunk, S. L. (2009). The Active Living by Design national program: community initiatives and lessons learned. American journal of preventive medicine, 37(6), S313-S321.

Nazihah

No comments:

Post a Comment