Kesehatan ibu dan anak menjadi salah satu patokan suatu kualitas pelayanan kesehatan. Saking pentingnya, dua hal ini masuk dalam Millenium Development Goal yang sudah berakhir pada tahun 2015 lalu. Tidak tanggung-tanggung, mereka ditarget dalam dua poin tersendiri dari delapan target yang ada, yaitu pada MDG 4 untuk mengurangi kematian anak dan MDG 5 untuk meningkatkan kualitas kesehatan ibu. Kini setelah era MDG berakhir, kesehatan ibu dan anak tetap diperjuangkan melalui strategi global yang dicanangkan oleh PBB dalam Sustained Development Goals (SDGs). Yang membedakan strategi global dan MDGs adalah bahwa strategi global dikatakan lebih luas, lebih ambisius dan lebih fokus pada kesetaraan (equity).
Kesehatan ibu dan anak banyak dikaji baik dari sisi biomedis, klinis, dan juga public health. Dalam tulisan Bhutta et al (2012) disebutkan bahwa suatu sistem kesehatan yang terintegrasi akan lebih baik dalam menghadapi tantangan dalam pelayanan kesehatan ibu dan anak serta akan membuat pengalokasian sumber daya menjadi lebih tepat. Selain itu ada pula usulan mengenai program kesehatan ibu dan anak (KIA) berbasis komunitas (Lassi et al,2010; Bhutta et al, 2012).
Di Indonesia sendiri sebenarnya sudah ada program KIA berbasis komunitas yaitu Posyandu yang sudah dicanangkan pada era Orde Baru. Posyandu yang ada setiap bulan seharusnya bisa dimanfaatkan untuk memperbaiki kualitas kesehatan ibu dan anak. Kader-kader posyandu yang sudah ada bisa dilatih untuk bisa memebri pelayanan lebih baik dan menjadi penghubung antara masyarakat dengan puskesmas atau layanan kesehatan primer lainnya. Promosi imunisasi baik untuk ibu dan bayinya bisa dilakukan melalui posyandu. Program perbaikan gizi juga sangat mungkin untuk dilakukan. Hal ini sebenarnya sudah diprogram secara apik dalama rangkaian kegiatan posyandu. Hanya bagaimana meningkatakan kualitas pengelolaannya agar bisa benarbenar mewujudkan KIA yang lebih baik di Indonesia.
Pada program KIA berbasis komunitas, peran kader menjadi kunci utama. Bagaimana mereka mampu mengajak masyarakat untuk datang ke posyandu, memberikan konsultasi, dan menjembatani ibu dan anak dengan pelayanan kesehatan primer. Oleh karena itu, perlu perhatian khusus pada pemilihan dan pelatihan kader posyandu. Jika program posyandu ini dapat dilaksanakan dengan optimal, menurut saya kesejahteraan ibu dan anak di Indonesia bisa ditingkatkan.
Sumber:
Bhutta, Z.A., Cabral, S., Chan, C.W. and Keenan, W.J., 2012. Reducing maternal, newborn, and infant mortality globally: an integrated action agenda.International Journal of Gynecology & Obstetrics, 119, pp.S13-S17.
Depkes, R.I., 2006. Buku Pegangan Kader. Saya Bangga Meniadi Kader Posyandu,'Meiayrni donBerbagai Pengetahuan serta Pengalaman Demi Pertumbuhan'Anak dan Kesehatan ibu. Jakarta: Pusat PromosiKesehatan'(2000). Kompetensi Bidan Indonesia, Jakarta: IBI (2000). Panduan Penggunaan Media Belaiar Kader Posyandu'. Jakarta.
Haines, A., Sanders, D., Lehmann, U., Rowe, A.K., Lawn, J.E., Jan, S., Walker, D.G. and Bhutta, Z., 2007. Achieving child survival goals: potential contribution of community health workers. The Lancet, 369(9579), pp.2121-2131.
Kuruvilla, S., Bustreo, F., Kuo, N., Mishra, C.K., Taylor, K., Fogstad, H., Gupta, G.R., Gilmore, K., Temmerman, M., Thomas, J. and Rasanathan, K., 2016. The Global strategy for women's, children's and adolescents' health (2016–2030): a roadmap based on evidence and country experience. Bull World Health Organ, 94(5), pp.398-400.
Lassi, Z.S., Haider, B.A. and Bhutta, Z.A., 2010. Community‐based intervention packages for reducing maternal and neonatal morbidity and mortality and improving neonatal outcomes. The Cochrane Library.
Nazihah
No comments:
Post a Comment