Seperti yang sudah kita tahu, kurangnya aktivitas fisik
menyebabkan meningkatnya prevalensi penyakit tidak menular. Penyakit tidak
menular ini bersifat kronik progresif sehingga beban biaya kesehatan akan
semakin menigkat seiring berjalannya waktu dan bertambahnya pasien. Selain itu
kecenderungan munculnya penyakit ini di usia muda menyebabkan produktivitas
penduduk menurun.hal ini tentu akan sangat berpengaruh saat ini dimana Indonesia
sudah mulai menggunakan JKN. Jika tidak dilakukan pencegahan sejak awal, jumlah
pasien yang terus bertambah bisa menambah beban negara dalam penyelenggaraan
JKN.
Untuk mendorong peningkatan aktivitas fisik guna mencegah
terjadinya berbagai penyakit tidak menular, peran public health bisa ditujukan untuk mengatasi kendala-kendala
kurangnya aktivitas fisik masyarakat seperti kurangnya kesempatan, dukungan
sosial, kebijakan, pembangunan lingkungan, dan kesadaan komunitas.
Di Amerika Serikat sana ada suatu komunitas bernama Active
Living by Design (ALbD) yang didanai oleh Robert Wood Johnson Foundation (RWJF)
dalam kurun waktu 5 tahun yang dibentuk untuk membantu komunitas-komunitas lain
dalam menciptakan lingkungan yang mendukung masyarakatnya untuk beraktivitas
fisik. Mereka membentuk 25 partner untuk mengajak berbagai komunitas seperti
warga sekolah, pegawai, perumahan dan organisasi lainnya untuk meningkatkan
aktivitas fisiknya. Tahapan yang digunakan dalam program ini diberi nama 5P:
Preparations, Promotions, Programs, Policy, Physical projects. ALbD menyediakan
berbagai pelatihan dan dukungan teknis serta memantau terus menerus untuk semua
partnernya melalui berbagai media komunikasi.
Preparation merupakan satu proses penting dalam memulai
membangun kebiasaan beraktivitas fisik. Yang termasuk dalam preparasi adalah
mengembangkan dan mempertahankan partner komunitas multidisiplin, mengumpulkan
data untuk menginformasikan perencanaan program, melakukan pelatihan yang
sesuai, dan mempersiapkan finansial dan sumber daya lain untuk membangun
kapasitas.
Promosi adalah saat inisiatif kita disosialisasikan ke para
pejabat dan masyarakat. Audiensi yang tepat dengan pegawai pemerintahan,
pejabat komunitas, penduduk, dan populasi khusu yang menjadi prioritas. Pada proses
ini pesan kunci dan materi promosi harus dikembangkan dan dievaluasi secara
sungguh-sungguh apakah tepat dan akan mempengaruhi audien. Promosi melalui
media juga dapat dilakukan untuk membantu membentuk opini publik dan lingkungan
sosial untuk menjadikan aktivitas fisik sebagai suatu norma.
Program aktivitas terorganisir yang sedang berjalan yang
secara langsung ataupun tidak langsung mengajak individu dalam aktivitas fisik,
seperti klub berjalan atau komunitas sepeda. Program pendekatan yang lain bisa
berupa pemberian insentif atau dukungan, seperti hadiah untuk pegawai atau
siswa yang berjalan kaki atau menggunakan sepeda untuk sekolah atau bekerja.
Program yang sukses bisa membebtuk suatu dukungan sosial baru untuk
beraktivitas fisik, membantu menarik dukungan lingkungan, dan meningkatkan
perhatian dan penggunaan fasilitas dan lingkungan yang baru atau yang
diperbarui untuk hidup secara aktif.
Perubahan kebijakan sangat penting jika ingin membuat
lingkungan beraktivitas fisik menjadi resmi dan bisa berjalan secara kontinyu.
Inisiasi advokasi kebijakan bisa dimulai dengan membangun hubungan dengan
pembuat kebijakan, mempengaruhi kebijakan pegawai, sekolah, dan pemerintahan.
Sangat penting untuk memberikan edukasi kepada pembuat kebijakan, kaum profesional,
dan publik mengenai pentingnya lingkunagn yang mendukung aktivitas fisik.
Physical projects menciptakan kesempatan atau menghilangkan
hambatan dalam beraktivitas fisik dengan secara langsung mengubah lingkungan
yang sudah terbangun. Contoh dari proyek fisik adalah membangun taman dan
trotoar, membuat tempat penyeberangan jalan, jalur sepeda.
Program ALbD ini memberikan gambaran yang menarik untuk
komunitas, organisasi teknis, dan penyandang dana. Pengalaman community
partnership yang sukses pada berbagai setting dan pendekatan kolaboratifnya
bisa digunakan untuk menginspirasi berbagai organisasi, termasuk penyandang
dana, untuk berpartisipasi dalam memperbaiki lingkungan yang mendukung
beraktivitas fisik. Model 5P yang digunakan untuk diimplementasikan secara
komprehensif menyediakan suatu gambarang bagaiman mengubah suatu komunitas.
Program-program yang sudah dilaksanakan oleh ALbD memang
terdengar luar biasa dan menimbulkan tanda tanya, apakah hal ini bisa
dilaksanakan di Indonesia? Untuk mengubah kebiasaan komunitas memang tidak
mudah, dibutuhkan dukungan berbagai sektor, waktu yang panjang, dan dana yang
tidak sedikit. Namun sebenarnya di jogja sudah pernah ada program sego segawe
(sepeda kanggo sekolah lan nyambut gawe). Program yang sudah ada ini sebenarnya
bisa diolah kembali dengan dukungan dari berbagai pihak. Memang masalah biaya
untuk perbaikan fasilitas sangat banyak, dan belum tentu pemerintah akan
memberikan alokasi dana untuk ini. Salah satu cara seperti yang sudah dilaukan
pada ALbD adalah dengan menggandeng pihak swasta sebagai parter dalam hal
pendanaan. Berbagai sektor memang perlu bekerja keras untuk mewujudkan program
ini. Public health bisa menjadi perintis awal karena tujuan akhirnya memang
mengurangi beban kesehatan karena penyakit kronis.
Di lingkungan FK sendiri sudah lumayan ada kebijakan yang
mendukung aktivitas fisik untuk mahasiswa yaitu tempat parkir yang di luar
lingkungan FK sehingga mahasiswa diharuskan berjalan kaki untuk mencapai kelas.
Sepeda kampus juga dapat digunakan untuk pergi ke lingkungan UGM lain tanpa
harus menggunakan kendaraan bermotor. Terkadang program-program seperti ini
memang butuh suatu paksaan untuk memulainya. Dar dipaksa, terpaksa, hingga
akhirnya terbiasa.
Sumber:
Bors, P.,
Dessauer, M., Bell, R., Wilkerson, R., Lee, J., & Strunk, S. L. (2009). The
Active Living by Design national program: community initiatives and lessons
learned. American journal of preventive medicine, 37(6),
S313-S321.
Nazihah
No comments:
Post a Comment